8/24/08

Ukuran Penis Jadi Masalah..?

Ada dua pertanyaan penting yang selalu pria ingin abaikan, apa yang diinginkan wanita dan apakah wanita mempermasalahkan ukuran penis?

Ukuran penis bagi sebagian wanita akan memegang peranan penting dalam mendapatkan kesenangan seksual. Tetapi jika ukuran penis terlalu besar bagi vagina yang memiliki bentuk khusus, seks mungkin terasa tidak menyenangkan. Begitu juga jika penis terlalu kecil akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan rangsangan.

Faktor ukuran penis lebih lebih ditekankan pada panjang penis dibanding lebar penis. Kenyataanya, penis yang memiliki ukuran panjang ekstra masih diragukan sesuai dengan keinginan karena ini cocok untuk penetrasi lebih dalam dan terkadang membuat sakit lapisan celvix yang lembut.

Sebaliknya penis pendek masih dapat mampu mencapai salah satu spot penting (G-spot yang hanya satu inch). Jika anda tipe yang menikmati kesenangan G-spot, penis pendek tidak menjadi masalah tetapi tidak cukup untuk mendapatkan rangsangan.

Jika anda tidak cukup puas dengan ukuran penis pasangan, cobalah kreatif dalam mencari posisi hubungan intim. Penis pendek dan kecil akan merasa lebih penting jika menggunakan variasi dalam doggy style yang dapat memberikan penertrasi lebih dalam.

Sesekali ganti dengan vibrator untuk meningkatkan kesenangan seksual bagi anda berdua karena sebagian besar pria menemukan bahwa sebagian kepuasan seks pria adalah membuat pasangannya terangsang.

Apabila kenyataannya ukuran tidak menjadi masalah, lakukan dua aspek lain dari hubungan intmm yang dapat pria kontrol yaitu gesekan dan kesadaran. Bagi banyak wanita, daerah yang paling menggairahkan adalah klitoris. Organ kecil bagian atas lubang vagina ini jarang tergantung pada penis untuk mencapai orgasme.

Jika pasangan anda telah siap dengan kekuatan dan kesadaran penuh untuk eksplorasi daerah sensitif ini, kesenangan seksual akan datang sendiri tanpa mempermasalahkan panjang dan lebar penis.

Dan tak perlulah meninggalnya Mak Erot menjadi bahan berita yang menghebohkan lagi...

Cacat Kelamin Ganda

Kasus ketidakjelasan jenis kelamin pada anak dapat mendatangkan berbagai masalah di kemudian hari. Pemeriksaan dini akan memudahkan pemilihan jenis kelamin yang tepat, sehingga anak dapat menjalani kehidupannya sacara normal.

Anak ke-6 pasangah Nurhana (36) dan Rokib (45), warga Rorotan, Cilincing, diketahui berkelamin laki-laki sekaligus perempuan. Belum diketahui jenis kelamin mana yang berfungsi baik.

Menurut Ny. Erawati, bidan yang menangani kelahirannya, bayi itu kencing melalui lubang kelamin perempuan meski kedua kelaminnya sama-sama memiliki lubang. Bayi berkelamin ganda tersebut lahir normal, pada 26 Januari 2006, dengan berat 4 kg dan panjang 54cm. Sebelumnya Rokib pernah memiliki anak berkelamin ganda, tapi tidak berumur panjang.

Novialdo dan Novialdi (28 bulan) dari Balikpapan, semula diduga berkelamin ganda. Si kembar memiliki penis dan kantong testis seperti umumnya laki-laki, tetapi masih ada satu lubang dan tonjolan kulit kecil diantara buah zakar mereka. Dari lubang itulah air seni keluar.

Tim dokter di RS Umum DR Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan lalu memastikan mereka berkelamin laki-laki dengan kelainan cacat bawaan hipospadia.

Ambiguitas Seksual
Dr. Sultana M. Hussein-Faradz, PhD, Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/Supervisor Laboratorium Sitogenetika RS Telogorejo Semarang, menyebutkan bahwa angka kejadian kasus kelamin ganda kurang lebih satu penderita per 20.000 kelahiran.

Menurut Dr. Sultan, istilah kelamin ganda tak selalu tepat. Yang pas adalah ketidakjelasan jenis kelamin atau ambiguous genitalia atau sex ambiguity.

Bentuk kelainan ini bervariasi, mulai dari hipospadia (kelainan pada saluran kencing) sampai bentuk kelamin luar (perempuan atau laki-laki) yang tak normal.

Hipospadia sering menyulitkan penentuan jenis kelamin, terutama pada bayi baru lahir. Pada kelainan ini saluran kencing tidak berakhir di ujung penis, tapi terputus di tengah saluran. Karena itu, jalan keluar urin ada di tengah bawah batang penis, pada daerah perineal di dekat anus atau di antara buah zakar.>

Kalau lubang itu cukup besar memberikan kesan mirip lubang kemaluan perempuan, Apalagi pada bayi baru lahir, buah zakar belum begitu besar atau belum turun dari rongga perut, sehingga keberadaan lubang abnormal ini mengesankan kantong buah zakar seperti bibir vagina.

Pemeriksaan DNA
Kasus yang lebih kompleks disebut true hermaphroditism, yakni terdapat dua macam gonad (indung telur dan testis); Secara sitogenetik (ilmu tentang sel dan genetika), pada penderita terdapát dua macam kromosom seks, yaitu XY (laki-laki) dan XX (perempuan) dengan perbandingan yang bervariasi.

Keadaan ini disebut mosaicism. Pada kasus ini psikiater atau psikolog diharapkan lebih berperan terutama dalam membantu menentukan pilihan jenis kelamin yang dikehendaki.

Berdasarkan pengalaman Dr. Sultan dalam memberikan konseling pilihan cenderung pada jenis kelamin yang telah ditentukan orangtua ketika anak lahir. Bila orangtua telanjur memberi nama dan memperlakukannya sebagai anak laki-laki, jenis kelamin itu yang dipilih. Pun sebaliknya.

Mereka enggan mengubahnya karena bakal berpengaruh pada nama dan status hukum yang harus diperbarui. Apalagi si anak juga sudah menghayati jenis kelamin pilihan orangtuanya. Dalam hal ini, dokter ahli kebidanan dan bedah urologi tak boleh tergesa- gesa melakukan tindakan.

Kasus akan lebih rumit bila dalam keluarga penderita ada lebih dari satu kasus. Apalagi bila disertai kelainan lain, misal hipospadia plus pertumbuhan payudara.

Pemeriksaan laboratonum dengan analisis kromosom dan hormon saja tidak cukup untuk kasus ini. Diperlukan pemeriksaan DNA untuk mencari kemungkinan adanya mutasi gen yang diwariskan. Mutasi gen biasanya terjadi pada kromosorn X (kromosom seks), meski tidak terlepas kemungkinan adanya mutasi gen pada kromosum lain. Pemeriksaan yang lebih luas pada seluruh anggota keluarga (termasuk yang tidak mengalami kelainan) dan konseling genetika perlu dilakukan.

Perlu Deteksi Dini
Ambiguitas seksual sering tak diketahui atau tak dicari kepastian diagnosisnya, Akibathya sering muncul anggapan salah. Di laboratorium sitogenetika, setiap bulan minimal diterima satu kasus seperti ini. Sebagian besar terlambat dikonsultasikan. Orangtua membawa anaknya saat sudah berusia lebih 2 tahun, malah ada yang sudah dewasa.

Padahal, terlambatnya pemeriksaan, berakibat pada salahnya penentuan jenis kelamin sehingga menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Sayangnya lagi, belum semua laboratorium di kota-kota besar di Indonesi dapat melakukan analisis kromosom untuk menentukan kejelasan jenis kelamin.

Umumnya dipakai cara sederhana, yakni memeriksa kromatin seks (Barr body) yang bisa memberikan hasil negatif. Cara ini kurang tepat karena pengambilan sampel dikerjakan dengan kerokan pipi - yang mudah menyebabkan sel mati dan hasilnya negatif.

Di negara-negara maju, pemeriksaan model ini sudah ditinggalkan karena selain memberikan hasil negatif atau positif palsu, juga kurang akurat, terutama pada keadaan mosaik.

Pada keadaan tertentu dan kompleks, sexing (penentuan jenis kelamin) dapat dikerjakan dengan pemeriksaan DNA seperti FISH (fluorescence in situ hybridization). Ini adalah kombinasi antara pemeriksaan sitogenetik dan molekuler atau dengan analisis molekuler lainnya.

Di FK Undip, sudah dibuka Laboratorium Bioteknologi, Unit Sitogenetika dan Genetika Molekuler yang mengerjakan pemeriksaan DNA. Dengan kemajuan ilmu kedokteran diharapkan problem ketakjelasan kelamin dapat diatasi sedini mungkin.

Apa Cirinya?
Keadaan genital bayi baru lahir memang belum begitu jelas karena sangat kecil. Namun, masih bisa diamati perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Bila terjadi kelainan, perlu diketahui kepastian jenisnya. Selain dengan pemeriksaan kromosom, beberapa penampakan bisa dicermati, sehinga kita tahu jenis kelamin anak yang sebenarnya.

Karakteristik pada genetik perempuan:
  1. * Klitoris yang membesar dan tampak seperti penis kecil.

  2. * Vagina yang tersembunyi karena lubangnya benar-benar tertutup


Karakteristik pada genetik laki-laki:
  1. * Tuba atau lubang penis tampak begitu kecil dan sempit sementara penis tidak kelihatan nongol atau keluar. Ini disebut hipospadia.

  2. * Penis kecil dan tidak normal karena saluran kencing sangat dekat dengan skrotum. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penis sangat dini pada masa perkembangan.

  3. * Jelas-jelas tidak kelihatan alat kelamin laki-laki. Biasa terjadi pada kasus berat.


Dari Kompas dan Berbagai Sumber

8/15/08

Ekstrak Susu Sehatkan Vagina

Selain terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, susu juga dikenal sebagai media perawatan terbaik. Tahukah Anda bahwa kandungan zat aktif pada ekstrak susu dapat mengatasi keputihan?

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Untuk itu, wanita harus rajin merawat kebersihan wilayah pribadinya ini.

Infeksi juga terjadi karena terganggunya kesimbangan ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan lingkaran kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik.

Di sini estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme untuk pertumbuhannya.

Sisa metabolisme kemudian menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di dalam vagina, dengan potential Hydrogen (pH) di kisaran 3,8 — 4,2. Dengan tingkat keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen (jahat) bakal mati.

Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95 persen Lactobacillus, 5 persen patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan rentan mengalami infeksi.

Ketidakseimbangan ekosistem vagina disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral, penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau menopause.

“Menjaga keseimbangan ekosistem adalah cara paling alamiah dan ampuh dalam merawat kesehatan vagina dan mencegah timbulnya infeksi,” ungkap Dr. Junita Indarti, Sp.OG, spesialis kebidanan dan kandungan dari FKUI-RSCM, pada media workshop bertema "Manfaat Susu bagi Vagina", di Hotel Ritz Carlton, beberapa waktu lalu.

Memicu Kanker
Infeksi yang sering terjadi pada vagina adalah keputihan. Keputihan atau dalam istilah kedokteran disebut leukorea, white discharge, fluor albus, adalah gejala penyakit yang ditandai keluarnya cairan dari organ reproduksi, dan bukan berupa darah.

Namun, tak semua keputihan merupakan penyakit. Keputihan dibedakan menjadi dua, yaitu normal dan abnormal.

Keputihan normal ditandai oleh keluarnya lendir jernih pada saat masa subur atau sebelum menstruasi, tidak berbau, serta tak ada keluhan gatal pada vagina. Sebaliknya, keputihan abnormal menandakan adanya infeksi pada vagina yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu Bacterial Vaginosis, Trichomoniasis, dan Candidiasis.

Bacterial Vaginosis merupakan keputihan akibat meningkatnya bakteri patogen, sehingga Lactobacillus menurun, pH vagina meningkat, menjadi bersifat basa. Biasanya gangguan ini ditandai gejala klinis seperti lendir vagina sedikit, homogen, putih keabu-abuan, bau tidak sedap, tetapi tidak menyebabkan iritasi.

Jika keadaan ini dialami oleh ibu hamil, akan berisiko pada kelahiran prematur. Risiko lainnya adalah kehamilan di luar rahim dan kadang menyebabkan radang panggul.

Trichomoniasis, yaitu keputihan yang disebabkan penyakit menular seksual. Kebiasaan suka berganti pasangan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi (kondom), merupakan penyebab utamanya. Menurut penelitian, 70 persen laki-laki tertular setelah berhubungan badan dengan wanita yang terinfeksi Trichomoniasis.

Jenis keputihan lainnya adalah Candidiasis, yang oleh jamur Candida albicans. Gejala klinis yang dialami penderita berupa rasa gatal, lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau. Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar vagina (vulva), serta nyeri saat sanggama dan berkemih.

Dr. Junita menegaskan bahwa keputihan abnormal bila tidak diobati secara benar akan berakibat pada kemandulan, infeksi saluran telur, bahkan awal munculnya pertumbuhan kanker mulut rahim. Karena itu, bila telanjur mengalami keputihan, lakukan pemeriksaan pap smear.

Jaga Keseimbanqan pH
Menurut Dr. Junita, hal penting yang harus diketahui, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem vagina agar tidak terjadi infeksi. Ia mengingatkan, cara paling mudah adalah menjaga kebersihan vagina, tetapi dengan tetap mempertahankan derajat keasaman pH, sehingga pertumbuhan Lactobacillus meningkat dan perkembangbiakan organisme patogen terhambat.

Dalam uji klinis yang dilakukannya di Poliklinik Sitologi RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, diungkapkan bahwa ekstrak susu terbukti bermanfaat menjaga keseimbangan ekosistem vagina. Susu mengandung zat aktif yang diekstrak menjadi asam laktat dan laktoserum, yang secara klinis terbukti mengurangi keluhan rasa gatal, terbakar, dan keputihan.

Di dalam laktoserum terkandung senyawa laktat, laktose, dan trace element. Asam laktat merupakan produk yang dihasilkan oleh glikogen dan metabolisme glukosa yang berfungsi untuk menjaga agar pH vagina tetap asam, yaitu antara 3,8 — 4,2. Jika pH normal, pertumbuhan bakteri akan terhambat.

“Berdasarkan hasil penelitian kami di RSCM, dari 71 kasus fluor albus dengan keluhan rasa gatal, terbakar, dan keputihan, keluhan gatal berkurang sebesar 86,1 persen, terbakar 87,5 persen, dan keputihan 81,1 persen, setelah pasien dirawat dengan pemberian larutan asam laktat dan laktoserum dua kali sehari selama dua minggu,” paparnya.

Ia menyimpulkan bahwa asam laktat dan laktoserum tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi keputihan dan menghambat pertumbuhan jamur (Candida) dan kapang (dermatofit), tetapi juga tidak mengganggu pertumbuhan Lactobacillus. Karena itu, meski digunakan setiap hari, ekosistem vagina tetap terjaga.

Pharma Health Care (PHC) telah mengeluarkan produk pembersih kewanitaan terbaru, yang mengandung asam laktat dan laktoserum yang diekstrak dari susu tersebut, dengan nama Lactacyd, sehingga aman digunakan setiap hari karena cara kerjanya yang alami.

dari Kompas

8/10/08

Coklat untuk Ketahanan Seks

Untuk bisa tahan lama, mayoritas kaum adam mempercayakan pada makanan suplemen. Bisa berupa obat kuat atau mengkonsumsi makanan yang dipercaya mampu meningkatkan libido dan berdaya tahan lama.

Pernahkah Anda membayangkan bila makanan kesukaan wanita, coklat juga memiliki kemampuan setara viagra? Tampaknya kaum pria perlu juga lebih sering mengkonsumsi makanan yang seringkali sebagai hadiah bagi wanita yang disayangi itu.

Dr. Dora Akunyili, direktur Federal Agency Food and Medicine, menganjurkan para pria lebih sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan pada viagra. Dan, memulai mengkonsumsi coklat. Zat yang dikandung Coklat membantu menaikkan libido.

Secara ekonomi mengkonsumsi coklat untuk meningkatkan kemampuan seks lebih menghemat isi kantong daripada viagra.

Warga Inggris, tampaknya telah mengetahui sejak lama bila coklat memiliki efek ampuh bagi pria saat bercinta. Di Inggris adalah coklat merupakan makanan wajib.

Akunyili mengungkapkan coklat adalah produk 'cinta' yang lebih baik dibanding viagra. Viagra bisa menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Tapi coklat belum terbukti memiliki efek samping yang merugikan tubuh. Coklat merupakan antioksidan yang paling baik, dalam membantu mengurangi resiko serangan jantung, darah tinggi, diabetes. "Yang pasti mampu menaikkan libido," katanya.

Coklat juga bagian dari obat penyembuh kanker payudara, batuk kronis dan meningkatkan kinerja otak.

Mengapa coklat bisa seefektif viagra? Dalam laporannya Akunyili seperti dikutip foodnavigator.com dijelaskan coklat mengandung 300 zat kimia. Kafein dalam jumlah kecil, teobromin, dan sebuah stimulan yang disebut phenylethylamine (yang terkait dengan amphetamines) juga terkandung pada coklat. Zat terakhir adalah kimia alam yang terbukti mampu menaikkan minat dan fungsi seksual.

8/9/08

Disfungsi Ereksi

Dr Dieten Neuser, peneliti dari Bayer Schering Pharma, Jerman, produsen obat disfungsi ereksi verdenafil bernama Levitra, hanya terkekeh ketika ditanya mengapa semua peneliti di seluruh dunia sibuk berlomba-lomba membuat obat untuk ereksi. Mengapa tidak sebaliknya, membuat obat untuk mengurangi ereksi sehingga dunia menjadi lebih tenang.

"He-he-he. Orang lebih peduli pada kemampuan laki-laki. Lagi pula tidak ada pasarnya," ujar Neuser di Lisabon, Portugal.

Disfungsi ereksi ini kini telah menjadi perkara serius di dunia, juga di Tanah Air. Dalam sebuah rubrik seksologi asuhan Prof Dr Wimpie Pangkahila di tabloid Senior edisi 2-8 November 2007, seorang perempuan berusia 38 tahun di Semarang, Jawa Tengah, mengeluhkan suaminya yang berusia 39 tahun tidak bisa ereksi sejak empat bulan terakhir. Perempuan berinisial SN itu menulis, "Kalau saya bilang ingin hubungan seks, dia berusaha menghindar dengan berbagai alasan…".

Saat mencoba bertanya ke seorang ibu setengah baya di Semarang melalui SMS, misalnya, ia menjawab agak ketus, "Aku kok ditanyain demikian…Malah yang tak cari itu sing tegak berdiri, je…".

Perempuan modern kini lebih terbuka membicarakan kebutuhan akan ereksi pasangan seksualnya. Tidak hanya di ruang-ruang intim, mereka juga membicarakannya di ruang publik, di berbagai media massa, restoran, kantor, bahkan di ruang-ruang chatting. Keluhan disfungsi ereksi juga disampaikan para perempuan ke Klinik Meditama, salah satu klinik kesehatan laki-laki dan perempuan, di Jalan KH A Dahlan 9, tidak jauh dari kawasan Simpanglima, Semarang. Klinik tersebut setiap Sabtu secara khusus melayani konsultasi kesehatan seksual laki-laki dan perempuan, terutama disfungsi seksual. Disfungsi ereksi sendiri adalah varian dari disfungsi seksual, selain gangguan libido, ejakulasi dini, dan gangguan seksual lainnya.

Jumlah pasien baru di klinik tersebut rata-rata 3-4 pasien per bulan, umumnya seputar keluhan ereksi. Belum lagi yang secara rutin berkonsultasi. "Ibu-ibu yang datang ke sini menanyakan soal itu juga mulai banyak," tutur dr Rudi Yuwana PhD, urolog di klinik tersebut. Kalau yang datang laki-laki, Rudi biasanya juga memanggil pasangan seksualnya untuk menyelidiki penyebab disfungsi ereksi tersebut. "Sebelum konsultasi biasanya saya sodori kuesioner," ujar Rudi.

Macam-macam keluhan di klinik tersebut sehingga menyebabkan disfungsi ereksi. Rudi Yuwana bercerita, pernah ada kasus yang ternyata sebabnya sepele saja. Seorang suami mengeluh tidak bisa ereksi bersama istrinya karena si istri selalu menolak berhubungan intim. Setelah istri tersebut juga ditanya, ternyata si istri tidak tahan dengan bau suaminya. "Ya, sarankan mandi dulu sebelum berhubungan," ujar Rudi sambil tertawa.

Faktor psikologis memang sering menyebabkan disfungsi ereksi. Namun, kata Rudi, sejak lima tahun sudah bergeser. Kalau dulu 80-90 persen disebabkan faktor psikologis seperti kasus di atas, sekarang ini 80-90 persen disebabkan oleh kelainan organik.

Belum diketahui berapa sebetulnya angka kejadian atau prevalensi disfungsi ereksi di Indonesia. Namun, sejumlah hasil riset bisa sedikit membantu. Hasil riset urolog Korea Ill Young Seo dan kawan-kawan yang dipaparkan dalam Kongres Masyarakat Kesehatan Seksual Asia Pasifik Oktober 2007 menyebutkan bahwa dari 5.280 laki-laki dengan usia rata-rata 53,5 tahun yang mengalami disfungsi ereksi kebanyakan disebabkan kelainan organik atau campuran antara organik dan psikologis.

Gangguan ereksi
Di seluruh dunia, seperti dikemukakan Sekretaris Jenderal Masyarakat Kesehatan Seksual Eropa Dr John Dean, 16 persen dari laki-laki berusia 20-75 tahun mengalami gangguan ereksi. Itu berarti, 152 juta laki-laki mengalami gangguan ereksi. "Diprediksi prevalensi itu meningkat menjadi 322 juta orang tahun 2025," ujar John Dean. Jadi, kira-kira 16 persen laki-laki usia 20-75 tahun di Indonesia pun juga mengalami disfungsi ereksi.

Menurut John Dean, disfungsi ereksi ini didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang konsisten dan berulang-ulang dari laki-laki untuk mencapai dan/atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk kinerja seksualnya. Kondisi ini umum terjadi pada laki-laki di atas usia 40 tahun dan kebanyakan tidak ditangani. Disfungsi ereksi ini juga meliputi kemampuan yang tidak konsisten untuk mencapai ereksi, kecenderungan untuk mempertahankan hanya ereksi yang singkat, atau ketidakmampuan total untuk mencapai ereksi.

Berbagai studi juga menunjukkan, disfungsi ereksi ini tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup laki-laki, tetapi juga kualitas hidup dan fungsi seksual pasangan perempuannya. Kepuasan seksual, yang adalah komponen kunci dari fungsi seksual, secara signifikan berkaitan dengan kepuasan perkawinan. Kepuasan dalam perkawinan itu pada gilirannya akan memiliki konsekuensi pada keseluruhan kesehatan dan kualitas hidup.

"Kemampuan ereksi ini penting untuk mewujudkan cinta yang lebih baik, for better love, karena terjadi kontak fisik yang intens," ujar Rudi Yuwana.

Dewasa ini sudah dibuat cara untuk mengukur disfungsi ereksi dari perspektif perempuan. Metode tersebut dikembangkan Prof Eusebio Rubio-Aurioles, Presiden Asosiasi Kesehatan Seksual Dunia, John Dean, dan kawan-kawan. Metodenya disebut Fame, akronim dari The Female Assessment of Male Erectile Dysfunction Detection Scale atau Skala Deteksi Penilaian Perempuan Atas Disfungsi Ereksi Laki-laki.

"Dari hasil riset menunjukkan bahwa sensitivitas Fame lebih tinggi daripada metode sebelumnya, yakni SHIM (Sexual Health Inventory for Men)," ujar Prof Eusebio.

Riset tersebut mengonfirmasi bahwa deteksi disfungsi seksual oleh pasangan seksual mereka sangat dimungkinkandengan catatan hal ini hanya berlaku untuk pasangan heteroseksual, bukan homoseksual.

G-Spot, Apa ya?

Oleh: Prof.DR.Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Pengetahuan dasar tentang seksualitas sangat penting dimiliki orang dewasa. Antara lain supaya tidak terjebak dalam mitos dan pendapat keliru tentang seks yang sangat banyak beredar, termasuk di kalangan dokter.

Kasus:
"Saya seorang remaja pria umur 21 tahun. Saya pernah membaca bahwa bagian peka rangsangan pada wanita sama dengan pria, yang paling peka adalah klitoris dan G-spot. Maaf, apa yang disebut klitoris dan G- spot itu? Mohon penjelasan karena pengetahuan saya tentang seks masih kurang. Di sekitar anus saya tumbuh bulu-bulu, apakah itu wajar? Apakah bulu tumbuh pada setiap orang, termasuk wanita? Apakah pada wanita juga tumbuh rambut pada kemaluannya? Saya juga ingin tahu, apakah boleh atau berpengaruhkah bila kita mencium dan menjilati kelamin wanita, ketika melakukan hubungan seks (saya pernah baca, bahkan menggigitnya)?"
(Y, Jawa Barat)

Jawaban:
Pentingnya Pengetahuan

Pertanyaan Anda menyangkut pengetahuan dasar tentang seksualitas. Memang telah banyak penelitian yang menunjukkan pengetahuan seksual masyarakat, termasuk kaum muda, kurang atau salah.

Masalahnya perilaku seksual di kalangan muda khususnya telah berubah, sehingga terjadi kesenjangan antara pengetahuan dengan perilaku. Apalagi di masyarakat kita banyak sekali beredar mitos tentang seks yang sangat menyesatkan dan merugikan.

Bahkan, tidak sedikit kalangan terdidik, termasuk dokter, yang tak menyadari bahwa informasi yang disampaikan kepada masyarakat sebenarnya hanyalah mitos tentang seks, bukan sebuah kebenaran.

Akibatnya muncul berbagai masalah yang berkaitan dengan seksualitas, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sebagai contoh, kematian yang dialami oleh seorang PNS di Jakarta beberapa waktu lalu, setelah mendapat suntikan di penis dengan tujuan untuk menambah ukurannya.

Contoh ini sangat jelas menggambarkan bagaimana mitos tentang ukuran penis masih kuat melekat di benak masyarakat. Di pihak lain, ada warga masyarakat yang memanfaatkan kebodohan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dengan menawarkan cara-cara yang tidak ilmiah.

1/3 Bagian Luar
Pada wanita, seperti pada pria, kelamin merupakan bagian peka rangsangan, khususnya kiltoris dan G-spot. Klitoris merupakan bagian kelamin wanita yang sebenarnya identik dengan penis pada pria.

Letaknya di bagian atas kelamin bagian luar, pada pertemuan antara kedua bibir besar. Klitoris dapat dilihat dari luar, apalagi dalam keadaan ereksi. Tentu akan lebih jelas kalau Anda melihat gambar anatomi kelamin.

Berbeda dengan klitoris yang dapat dilihat dari luar G-spot tidak dapat dilihat dari luar karena terletak d dinding depan vagina 1/3 bagian luar. G-spot bukan merupakan sebuah organ khusus seperti kiltoris, melainkan sebuah daerah pada dindling vagina yang padat dengan ujung saraf perasa.

Seperti klitoris, G-spot merupakan bagian peka rangsangan juga. Kedua bagian peka rangsangan ini sangat diperlukan bagi wanita dalam melakukan hubungan seksual, agar dapat berlangsung dengan baik dan memuaskan.

Rangsangan pada G-spot dapat menimbulkan sensasi erotis yang dirasakan lebih kuat dibandingkan rangsangan pada klitoris.

Pria Wanita Sama
Rambut kelamin akan tumbuh pada pria dan wanita setelah mencapai usia pubertas. Demikian juga rambut di sekitar anus dapat tumbuh, baik pada pria maupun wanita.

Mengenai rangsangan mulut terhadap kelamin atau yang biasa disebut seks oral, boleh saja dilakukan kalau suami istri memang menghendaki dan dirasa menyenangkan bagi kedua pihak. Tentu saja kedua pihak harus berada dalam keadaan sehat, tidak mengidap penyakit kelamin.

Dalam ikatan suami istri, sebenarnya pasangan bebas melakukan semua variasi aktivitas seksual dan hubungan seksual, asal memenuhi ketiga syarat, yaitu dikehendaki bersama, menyenangkan kedua pihak, dan tidak menimbulkan akibat buruk baik secara fisik maupun psikis.

Kalau variasi aktivitas seksual dan hubungan seksual yang akan dilakukan tidak memenuhi ketiga syarat tersebut, seharusnya tidak dilakukan. Contohnya, hanya salah satu pihak yang menghendaki.


Selingkuh Itu Alamiah?

Hasil suatu pengkajian yang pernah dilaporkan di jurnal Science, edisi September 1998, menyebutkan bahwa selingkuh (infidelity) itu alami (natural).

Hasil itu memperlihatkan bahwa sembilan di antara sepuluh mamal (binatang menyusui) dan burung yang berpasangan untuk hidup ternyata tidak jujur terhadap pasangan mereka.

Para ahli mendapati, binatang yang berkeliaran untuk saling kawin hanyalah mengikuti kebutuhan biologis mereka. Penelitian yang antara lain menggunakan teknik uji coba genetik (genetic testing) itu memperlihatkan bahwa bahkan pasangan binatang yang dikenal saling setia dengan pasangannya, juga berupaya mendapatkan pasangan seksual dengan yang lain.

Menurut Dr. Stephen T. Emlen, seorang ahli perilaku evolusioner dari Cornell University, Amerika Serikat, betina berkeliaran untuk mendapatkan gen sebaik mungkin bagi keturunannya, sedangkan jantan terdorong hasrat untuk menjantani sesering dan sebanyak mungkin. “Monogami yang sebenarnya sungguh jarang,” katanya.

Dr. Emlen berpendapat, ada dua macam monogami, sosial dan genetik. Pada jenis yang pertama pasangan mengikat diri dan bekerja bersama untuk membesarkan anak, sedangkan pada monogami genetik para induk adalah pasangan seks yang saling setia. Bila monogami sosial relatif sudah umum, monogami genetik adalah suatu kekecualian dan bukanlah peraturan.

Dikatakan, hanya ada dua jenis monyet, marmoset dan tamarin, yang benar-benar penganut monogami. Semua jenis primata yang lain sering kawin dengan yang bukan pasangannya. “Salah satu polanya adalah betina mencari status dan kualitas tinggi,” tutur Dr. Emlen.

Dengan cara itu betina mampu melahirkan keturunan dengan kualitas lebih tinggi yang memiliki kemampuan untuk hidup dan bertahan. Si jantan secara biologis digerakkan untuk keluyuran dengan hasrat untuk menyebarkan gen ke dalam kawanan mereka sebanyak mungkin.

Contoh lain diperoleh dari burung. Kesetiaan dalam berpasangan seks sudah lama diyakini terdapat dalam kawanan burung. Bluebird, sejenis burung yang pandai menyanyi, merupakan salah satu contoh terbaik. Pasangan jantan dan betina bekerja bersama untuk membuat sarang, mengerami telur, kemudian memberi makan dan membesarkan keturunan mereka yang masih muda.

Meski begitu periset mendapati perselingkuhan yang juga tinggi dalam kehidupan seks burung bluebird. Patricia Adair Gowarty, seorang ahli perilaku lingkungan hidup dari University of Georgia mendapati 15 persen hingga 20 persen bayi burung yang diasuh oleh pasangan bluebird, bukanlah keturunan biologis si jantan. Menurut Gowarty, hanya 10 persen dari 180 spesies itu yang secara sosial bermonogami, benar-benar setia secara seksual.

Tentu saja manusia jauh berbeda dengan binatang. Alasan manusia untuk mendapatkan seks di luar pasangan juga jauh lebih rumit dan kompleks. Satu hal yang secara umum diyakini periset, monogami tercipta di antara spesies yang keturunannya sanggup bertahan dengan baik karena dibesarkan oleh pasangan yang utuh. Secara evolusi, mungkin ini yang mendorong manusia untuk bermonogami karena anak-anaknya perlu waktu lama untuk menjadi dewasa.


Cyber Sex, Antara Mendidik dan Merusak

Meningkatnya kemudahan mengakses informasi dan banyaknya kesempatan mendapatkan berbagai peralatan serta waktu memberi efek yang cukup mengkhawatirkan bagi anak-anak muda jaman sekarang.

Androlog dari Fakultas Kedokteran, Universitas Katolik Fu Jen, Taiwan Dr. Han Sun Chiang, MD menyebut bahwa dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2249 siswa sekolah menengah atas di Taipei terungkap sekitar 57 persen para siswa ini telah terbiasa dan merasa nyaman berkencan dengan orang asing lewat internet dan bahkan melakukan hubungan seksual dalam semalam. Yang memprihatinkan, sekitar 5 persen dari mereka bahkan telah terbiasa dengan hubungan seksual semacam.

“Internet memang sangat membantu, namun sebaliknya penggunaan yang tidak benar justru menambah masalah sosial. Sekarang ini kekerasan seksual malah meningkat, kehamilan yang tidak diinginkan lebih kerap terjadi, penularan penyakit menular seksual tidak bisa terelakkan lagi,” jelas Han dalam Kongres.

Karena itu, tambah Han, inilah kesempatan baik untuk memanfaatkan internet sebagai ruang konsultasi sekaligus sarana pendidikan seksual bagi para remaja. Bahkan bagi orang dewasa, cyber sexual counseling atau konsultasi lewat internet merupakan sarana yang sangat membantu.

Di Taiwan, menurut Han, situs resmi yang dikelola pemerintah yang menyediakan informasi seputar bidang urologi dan seksual telah didirikan sejak tahun 2004. Sampai Februari tahun 2005 lalu, lebih dari 30 pertanyaan terkumpul dan 86 persen berisi seputar persoalan seksual.

“Kita percaya bahwa dalam era internet ini, cyber sex menjadi tren bagi berkembangnya kebiasaan seksual. Namun dengan internet pula, pendidikan lewat sarana ini pun bisa diterapkan pada generasi muda. Di masa yang akan datang, campur tangan media seperti konsultasi seksual lewat internet pasti akan berjalan lebih efektif lagi untuk menyelesaikan berbagai masalah seksualitas dalam masyarakat kita,” jelas Han panjang lebar.

Internet memang menyediakan kesempatan bertemunya antarpribadi, tidak pandang tempat karena akses sudah bisa dilakukan di mana-mana dan peralatan yang semakin portable, rahasia terjaga, dan yang paling penting informasi bisa disimpan dan didokumentasikan.


Rahasia Hubungan Seksual Pertama

Oleh: Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, Dokter Ahli Andrologi dan Seksologi

Hubungan seksual yang dilakukan untuk pertama kalinya tidak harus menimbulkan rasa sakit, dan tak selalu sulit. Asalkan rangsangan kepada wanita cukup, semuanya lancar. Bagaimana membuat wanita terangsang?

Kasus:
"Saya seorang pemuda berumur 28 tahun, mau menikah beberapa bulan lagi. Sebelumnya, maaf, karena masih awam masalah seks, saya berharap mendapat penjelasan atas beberapa pertanyaan berikut ini. Apa benar hubungan seksual pertama kali akan terasa sakit dan susah untuk memasukkan penis? Saya pernah mendengar bahwa hubungan seksual yang pertama kali, kalau pun bisa, masuknya penis ke dalam vagina hanya sedikit (tidak masuk semua). Benarkah informasi ini? Apa tanda pasangan kita sudah terangsang dan siap untuk melakukan hubungan seks? Apa tandanya bahwa ia sudah orgasme? Daerah mana saja pada tubuh wanita yang mudah terangsang? Saya juga ingin tahu, apa benar jika pasangan hamil, sebaiknya hubungan seks dilakukan dengan posisi pria dari belakang? Apakah bisa masuk sampai ke vagina jika ukuran penis hanya ± 12 cm? Adakah pengaruhnya setelah menikah, jika sebelumnya sering melakukan masturbasi?"
(Hendra, Tasikmalaya)

Jawaban:

Tidak Sulit

Tentu tidak salah Anda mendapatkan informasi dasar tentang hubungan seksual, agar tidak terjadi akibat buruk karena kesalahan pengertian. Apalagi memang banyak mitos tentang seks yang beredar luas, sementara masyarakat menganggap sebagai informasi yang benar. Tidak aneh kalau banyak terjadi akibat buruk karena informasi yang salah itu.

Saya pikir Anda mewakili banyak anggota masyarakat yang memerlukan informasi yang benar tentang seksualitas. Sayangnya, banyak orang yang hanya menyerap begitu saja informasi yang salah, tanpa berupaya mengonfirmasikan kebenarannya.

Hubungan seksual pertama kali selalu diinformasikan sebagai sesuatu yang sulit dilakukan, khususnya bagi wanita yang tidak pernah melakukan sebelumnya. Bahkan, lebih khusus lagi, disebutkan wanita harus mengeluarkan darah sebagai tanda keperawanan.

Padahal, hubungan seksual pertama kali tidak harus selalu menimbulkan rasa sakit dan kesulitan. Sangat tergantung bagaimana reaksi seksual wanita pada saat itu.

Kalau wanita cukup terangsang dan tidak mengalami hambatan psikis, hubungan seksual dapat berlangsung lebih mudàh, tanpa menimbulkan rasa sakit yang berarti. Kalau fungsi ereksi penis baik penetrasi ke dalam vagina dapat berlangsung dengan sempurna tanpa hambatan.

Sebaliknya, bila pihak wanita tidak cukup terangsang sehingga perlendiran vagina terhambat, hubungan seksual sulit dilakukan. Rasa sakit tidak hanya dialami oleh pihak wanita, melainkan juga dialami pihak pria.

Orgasme pada wanita, sama seperti pada pria, ditandai dengan sensasi erotis yang menyenangkan, atau yang biasa disebut perasaan nikmat. Secara fisik, wanita juga mengalami kontraksi otot di sekitar kelamin, bahkan otot seluruh tubuh.

Bagian Peka Rangsangan
Bagian peka rangsangan pada wanita pada dasarnya juga sama dengan pria. Tidak ada perbedaan yang bermakna. Pipi, bibir, leher, payudara, dinding perut, paha bagian dalam, dan kelamin, adalah bagian yang peka rangsangan. Pada kelamin, klitoris dan G-spot merupakan bagian yang paling peka rangsangan.

Mengenai posisi hubungan seksual selama hamil, pada dasarnya selama kehamilan muda, hindari kontraksi berlebihan ketika orgasme, khususnya bagi yang pernah mengalami keguguran sebelumnya.

Selama kehamilan usia lebih tua, hindari/jangan menimbulkan tekanan pada bagian rahim atau perut, di samping karena secara teknis menjadi lebih sulit. Posisi pria dari belakang merupakan posisi yang dapat dipilih. Tentu diperlukan penyesuaian sebelumnya.

Tentang masturbasi, tidak ada pengaruh terhadap hubungan seksual. Namun, pada pria, masturbasi yang dilakukan tergesa-gesa agar cepat mencapai orgasme dan ejakulasi, dikhawatirkan dapat menyebabkan ejakulasi dini kemudian.


Kiat Berhubungan yang Menghasilkan Bayi Unggul

Emosi atau suasana hati calon orangtua yang sedang melakukan proses pertemuan antara sel sperma dan sel telur (pembuahan), akan memengaruhi kesehatan jasmani dan rohani (EQ, IQ, SQ) anak yang akan dilahirkan kelak. Karena itu, secara tradisional hubungan intim selalu dianggap sakral.

Dalam buku Meningkatkan & Menyehatkan Seksualitas Pria dan Wanita, Lianny Hendranata bahkan menulis, aliran-aliran spritual seperti Tantra yoga dan Tao menganggap pertemuan sel telur dan sperma bukanlah suatu peristiwa sepele.

Energi yang menentukan kualitas seorang anak dimulai dari pendekatan (masa pacaran) calon ibu dan ayah tersebut, dalam suasana apa dan cuaca yang bagaimana. Energi yang menelungkupi calon orangtua itu harus diperhatikan benar.

Aliran Tao dan Tantra yoga pun memberitahukan beberapa hal seperti :
  • Jangan bertemu untuk berpacaran di tempat yang mempunyai energi buruk seperti tempat maksiat dan tempat kesedihan umumnya seperti kuburan dan sebagainya.
  • Jangan melakukan hubungan intim kala terjadi cuaca buruk, seperti angin badai, banyak petir/guntur, dan gempa bumi, juga suasana alam yang negatif lainnya.
  • Setelah selesai melakukan hubungan intim, pasangan diharuskan terus memelihara suasana bahagia di antara mereka. Hindarkan pertengkaran sekecil apa pun.
  • Setelah sang ibu diketahui mengandung, dianjurkan jangan melihat hal-hal buruk. Berusahalah untuk menghindari suasana berduka seperti melayat orang meninggal atau ke pemakaman, menonton film menegangkan seperti pembunuhan atau film perang. Jauhi suasana takut, terkejut, marah.
  • Ibu hamil harus sering melihat warna cerah dan menyenangkan, serta banyak beramal dan berdoa. Sebab, ritual-ritual yang baik seperti berdoa dan melakukan kegiatan sosial mampu merespon energi positif dari alam semesta, yang akan membantu pertumbuhan bayi yang dikandung.
Dalam buku lainnya, Seksualitas, Tombol Ajaib Menuju kebahagiaan, Lianny juga bertutur tentang seksualitas sebagai ajang rileksasi dan rekreasi jiwa raga pasangan. Di situ dia menekankan pentingnya untuk bersikap bahagia dan bersyukur begitu seorang calon ibu menyadari dirinya sedang mengandung.

“Kala menyadari diri sudah mengandung walaupun janin baru berusia beberapa hari, sebaiknya segera ubah pola pikir untuk selalu bahagia, bahkan jika kehamilan itu tidak direncanakan (diinginkan),” katanya.

Sikap syukur dan menerima anak yang dikandung tersebut sebagai titipan Tuhan sangat penting. Sudah banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa anak yang merasakan kedatangannya di dunia ini tidak diharapkan orangtuanya, condong tumbuh menjadi anak yang memberontak atau bermasalah.

Jadi, jangan sembarangan hamil kalau tak sanggup berbahagia dan bersyukur karenanya.


Malam Pertama, Pria Juga Gelisah

Malam pertama selain membahagiakan biasanya juga menegangkan. Namun, benarkah momok malam pertama lebih banyak dirasakan pihak wanita ketimbang pasangannya? Bukan tak mungkin, banyak juga kaum pria yang gelisah menghadapinya.

Dr. Silvia W. Lestari, konsultan seksologi yang juga alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tersenyum membenarkan soal adanya mitos malam pertama. Ia tak menyangkal, di kalangan kaum perawan hidup anggapan, hubungan seksual pertama kali rasanya seperti tertabrak kereta api. “Tapi umumnya tak berlaku bagi mereka yang pernah melakukan seks pranikah,” tambahnya.

Apalagi jika pengetahuan seksual pasangan tak seimbang. Misalnya, suami pernah memiliki pengalaman praktis dengan wanita lain atau memperoleh fantasi dari film biru, sedangkan sang istri buta sama sekali soal seks, bahkan malu-malu memahami anatomi laki-laki. Wanita yang baru saja menyandang status istri ini merasa kaget dan takut ketika tiba-tiba berada dalam satu kamar dengan “makhluk asing” yang telah resmi menjadi suaminya. Agar momok menakutkan itu tak menjadi “tragedi” malam pertama, dr. Silvia menyarankan agar calon pengantin memperkaya pengetahuan seksualnya melalui buku, misalnya mengenai organ kelamin pria dan wanita.

Pernah datang ke kamar praktik dr. Silvia, seorang wanita muda yang menanyakan bagian dari organ kelaminnya yang kalau diraba terasa enak. “Ia tak tahu, itu namanya klitoris. Lalu ada wanita lain baru tahu bahwa nun di bawah sana, ia memiliki tiga buah lubang.

Jika belajar dari film biru, sang kandidat pengantin mungkin akan teracuni mitos bahwa penis besar pasti lebih memuaskan, atau pemompaan sepenuh tenaga lebih mempercepat wanita orgasme, atau juga wanita amat menyukai posisi yang aneh-aneh. Pada hal, jika ternyata sang suami tidak seperti yang di film, istri akan kecewa. Begitupun suami, jika meniru begitu saja adegan dalam film, malam pertamanya bisa menjadi malam per trauma buat sang istri.

Saling berserah diri, barangkali itulah kata kuncinya. Namun, pihak pria dianjurkan bisa menjadi pemimpin permainan nan bijaksana. Belajarlah dari Rustam (32). Pengacara muda itu mendekati istrinya dengan lembut, bicara ringan tentang lingerie yang dikenakan, lalu pelan-pelan ia hanyutkan Rini (27), istrinya, lewat usapan-usapan erotis.

Setelah itu, bersama mereka berenang dalam intensitas yang sama, tak ada yang ingin menang, tak ada yang lebih dominan, saling melebur, hingga berakhir dalam satu langkah ke puncak. Begitulah seharusnya malam pertama menjelma.

PRIA JUGA GELISAH
Kerisauan di malam pertama agaknya bukan melulu milik para (mantan) gadis. Pria juga banyak yang galau hati, khawatir tak bisa memuaskan istri. Bahkan ada yang ragu apakah ia bisa ereksi saat “pertempuran” kelak. “Sebenarnya lebih kepada rasa malu, bukan rasa takut seperti pada wanita,” papar dr. Silvia.

Pria dihantui rasa malu bila ia gagal menjadi pemimpin pada malam pertama. Itu menimpa mereka yang tak punya pengalaman seksual sama sekali. Sebaliknya, pria yang sebelumnya telah berpengalaman dengan wanita lain, yang timbul justru rasa penasaran, bagaimana rasanya jika dilakukan dengan pasangan sah, masih perawan pula.

Namun, bukan tak mungkin ia justru merasa kurang puas, sebab ia terbiasa menggauli wanita yang agresif dan dibayar untuk melayani misalnya, sementara istrinya hanyalah perempuan lugu yang tak tahu harus berbuat apa pada malam pertama. Sikap sang istri yang tak bereaksi terhadap rangsangan bisa jadi juga membuatnya kecewa.

Jadi, pria berpengalaman saja diganggu kegelisahan, apalagi pria yang masih kosong. Seorang pria muda yang bulan depannya akan menikah pernah mendatangi dr. Silvia dan bertanya, “Saya harus apakan calon istri saya, Dok?” Yang lebih mengherankan, aktivitas ciuman pun ia tak tahu.

Bagi pria pengetahuan tentang wanita amatlah penting. Setidaknya memahami perbedaan anatomi alat genital pria dan wanita. Milik wanita, yang terletak “di dalam” dibandingkan dengan milik pria yang mentereng di luar, perlu perlakuan berbeda. “Untuk buang air kecil saja, (organ genital wanita perlu) diperlakukan dengan lembut,” ujar dr. Silvia.

Puncak kekhawatiran pria, dalam menghadapi barang lembut milik istrinya di malam pertama, selain disfungsi ereksi (DE), adalah juga ejakulasi dini (ED). Sebenarnya, DE terjadi mungkin saja karena gugup hati, atau tak mengerti cara merangsang dan dirangsang, atau akumulasi rasa bersalah akibat sebelumnya suka main perempuan, dan sebagainya.

Sedang ED hal yang wajar, mengingat penis dalam proses adaptasi dengan vagina. Tapi mungkin kuncinya ada pada pengendalian diri, terutama mengendalikan nafsu birahi. “Pria memang harus panjang sabar dan jangan egois,” pesan dr. Silvia. Artinya, jangan cuma mengejar orgasme sendiri. Begitu ejakulasi, langsung balik badan, tak mempedulikan istri yang masih trauma dengan keadaan yang baru pertama dialami seumur hidupnya.

MEMAHAMI PASANGAN
Rustam sang pengacara, yang disebutkan di atas, adalah tipe suami yang memahami pasangan nya. Ia tak serta merta memperlakukan istrinya secara tidak semena-mena. Ia sadari, dalam keadaan ereksi, penis teramat keras, yang akan menyebabkan iritasi serius pada vagina istri. Karenanya, Rustam, berusaha keras menahan diri menuntun Rini melewati fase pemanasan hingga siap secara fisikal dan emosional.

Dr. Silvia membenarkan, “Siklus seksual wanita memang harus diawali foreplay. Bisa dengan memeluk, mencium, menyentuh bagian-bagian peka rangsang dan sebagainya. Baru setelah terangsang, ditandai dengan perlendiran pada vagina, penetrasi bisa dilakukan.”

Berapa lama foreplay layak dilakukan? Tergantung, tak ada standar waktu. Komunikasi antarkeduanya yang menentukan, apakah pasangan itu sudah siap “tempur”. “Kalau wanitanya sudah takut duluan, tentu dibutuhkan waktu lebih lama lagi,” sambung dr. Silvia.

Bagaimana jika selagi pemanasan, si pria keburu ejakulasi? Agaknya memang rata-rata pengantin baru mengalami hal ini. Malam pertama biasa diisi beberapa kali upaya penetrasi. Ada yang sukses, ada pula yang perlu mengulanginya pada malam-malam berikutnya. Di sinilah dibutuhkan pengertian timbal balik dari pihak wanita.

Seberapa pun besar ukuran penis suami, terimalah itu sebagai anugerah. Sebab, menurut dr. Silvia, “Kedalaman vagina ‘kan hanya 9 cm. Sepanjang berapa pun panjang penis, yang dibutuhkan justru tidak panjang-panjang. Apalagi letak G-spot ‘kan tak jauh dari mulut vagina, hanya sekitar 3 cm.” Jadi, tidak butuh yang “besar” supaya istri puas.

Bagi wanita yang mungkin pernah punya pengalaman seks sebelumnya, pantang membandingkan penis suami dengan milik orang lain. Betapa pun, itu miliknya paling berharga dan tonggak harga diri. Termasuk pula daya tahan seksualnya. Ejakulasi dini di malam pertama bukanlah akhir segalanya. Kelak, pada ereksi berikutnya, setelah beradaptasi, perlahan-lahan sang suami akan belajar cara mengendalikan diri.


Remaja dan pendidikan seks?

Masih amat sedikit pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan seks bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan seksualitas sulit diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan agama.

Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang mengakar di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka. Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas.

Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.

Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri. Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan:
  • Pertama, pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan.
  • Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender.
  • Ketiga, partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas.
  • Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal, tetapi juga nonformal.
Sampai kapankah kita masih terus memperdebatkan persoalan pendidikan seksualitas untuk remaja, sedangkan remaja sebenarnya "diam-diam" sudah mencuri informasi yang menyesatkan tentang seks dari pornografi?

Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY

.

Pendidikan Seks = Pornografi?

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu upaya untuk "mengerem" kasus-kasus itu, sampai saat ini masih saja diperdebatkan (bahkan banyak yang enggak setuju). Sementara, pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian menunjukkan, remaja haus akan informasi mengenai persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6) menyatakan, 94 persen remaja menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun, repotnya, sebagian besar remaja justru tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika mereka kesulitan untuk mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan petugas kesehatan, maka kecenderungan yang muncul adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal.

Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B Hurlock (1994:226), informasi mereka coba dipenuhi dengan cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Kebanyakan masih ada anggapan, seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih tabu untuk dibicarakan remaja.

Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja, sama halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba.

Sebenarnya, masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak henti-hentinya diperdebatkan. Ada dua pendapat tentang perlu tidaknya remaja mendapatkan informasi seksualitas. Argumen pertama memandang, bila remaja mendapat informasi tentang seks, khususnya masalah pelayanan kesehatan reproduksi, justru akan mendorong remaja melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini.

Sedangkan pendapat kedua mengatakan, remaja membutuhkan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatannya.

Remaja sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami perkembangan. Banyak di antara remaja berada dalam kebingungan memikirkan keadaan dirinya. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan seksualitas masih terdapat tembok penghalang. Padahal, mestinya jauh lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka daripada membiarkan mereka mencari tahu dengan caranya sendiri.

Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai bentuk pornografi. Padahal, dalam gambaran penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Seksualitas PKBI-DIY di wilayah Yogyakarta pada pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja dan guru (mewakili orangtua), anggapan itu tidak sepenuhnya terbukti.

Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai sebuah hal yang sifatnya pornografi yang tidak boleh dibicarakan, apalagi oleh remaja. Dari hasil kuesioner menggambarkan, hanya sekitar 14,29 persen (responden guru) yang menyatakan, pendidikan seks sama dengan pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan pornografi tidak terbukti (0 persen).