8/9/08

Remaja dan pendidikan seks?

Masih amat sedikit pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan seks bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan seksualitas sulit diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan agama.

Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang mengakar di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka. Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah satu upaya membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan seksualitas.

Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.

Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus sesuai kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri. Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan:
  • Pertama, pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk mempunyai pilihan.
  • Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender.
  • Ketiga, partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas.
  • Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal, tetapi juga nonformal.
Sampai kapankah kita masih terus memperdebatkan persoalan pendidikan seksualitas untuk remaja, sedangkan remaja sebenarnya "diam-diam" sudah mencuri informasi yang menyesatkan tentang seks dari pornografi?

Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY

.

No comments:

Post a Comment